Desember 11, 2013

Rangka Drag Titanium

Ragam Sasis Drag, Aluminium Hingga Titanium (Bag. 1)

Agar pacuan drag lebih ringan berlari, enggak ada salahnya mengaplikasi rangka aluminium hingga titanium. Sebab, bobot yang ditawarkan jauh lebih enteng dari bobot sasis standar. Misal di Yamaha Mio. Standarnya berbobot 15 kg. Sedang frame aluminium, hanya memiliki berat sekitar 3 kg. Tapi, soal harga, jelas beda!Selain itu, pemakaian sasis aftermarket ini demi menjaga faktor safety ketimbang sasis asli yang dibolong-bolongi. Di bawah ini tersedia sasis untuk Yamaha Jupiter-Z, Suzuki Satria F-150 dan Yamaha Mio. Silakan dilirik!


Titanium hanya 1,7 kg
Mio Dua Pilihan
Beberapa pilihan coba ditawarkan buat pemacu Yamaha Mio. Sebab, ada dua bahan yang ditawarkan. Titanium dan juga aluminium. “Titanium bobot lebih enteng. Hanya 1,7 kg,” kata Benny Rachmawan dari Mitra2000 yang berkantor di Komplek Lodan Center, Blok. G, No. 2, Jakarta Utara. Telepon (021) 6930777.Harga tertinggi sasis titanium Rp 11 jutaan. Sedang aluminium, dijual sekitar 6,5 jutaan. “Harga itu sudah termasuk segitiga dan setang,” buka Diah dari JP Racing di Jl. Cendrawasih, No. 6 E-F, Ciputat, Tangerang. Telepon (021) 74713827Mio darg Thai Drag Bikin Gerah 2010-06-25 21:40:38 Ramainya persaingan skubek drag rupanya bikin gerah Mitra2000. Produsen dan importir yang berbasis produksi dari Thailand ini kirim langsung Mio drag 300 cc, bersasis titanium. Tak tanggung, digeber Eko Chodox, jawara drag asal Semarang, Mio bore up pun dikawal langsung Pop Taladnoy, mekanik Thailand. Di event Day Battle Drag Bike Championship 2010, Kemayoran, Eko tembus 7,721 detik di lintasan bergelombang sepanjang 201 meter. Kebayang kalau lintasan halus dan rata, bisa lebih tajam dari itu. Pastinya!

Mesin diorder langsung ke TDR Thailand. TDR kasih bore x stroke yaitu 66 x 87,9 mm. "Semua dikerjakan di Thailand. Termasuk seting kem serta rangka. Di sini tinggal pasang," terang Pop yang tentunya datang langsung ke Kemayoran.

Meski merahasiakan hitungan derajat kem, tapi Pop kasih kisaran durasi di 270 derajat. "Kemnya sudah bukan pahatan. Tapi, hasil cetakan langsung," tambahnya.

Ciri setingan mesin Thailand sangat kental pada motor ini. Tampak begitu berat pada putaran awal. Tapi, lepas dari 100 meter, langsung ngibrit. "Kita setting sesuai karakter mesin matik. Kalau terlalu galak di putaran awal, maka motor akan slip dan malah enggak jalan. Tenaga puncak diutamakan di putaran tengah dan atas," analisis pria berambut lurus ini.

Makanya, Pop memasang rasio dan roller yang cukup berat. Berbeda dengan gaya riset di sini yang justru memasang lebih ringan. "Roller saya pakai 14 gram. Sedang rasio 22/34. Dengan seting seperti ini motor lebih anteng di putaran bawah," papar pria murah senyum ini.

Menggunakan racing fuel, builder Thai itu berani patok perbandingan kompresi yang cukup padat sampai 16 : 1. Hanya saja, karena waktu yang terlalu dekat, Pop mengaku tidak sempat melakukan seting programmable pada CDI. Bahkan, di Kemayoran kemarin, Mio ini hanya TDRpakai CDI Fino standar. "Jika disesuaikan seting dengan programmable, motor akan lebih sempurna. Saya akui, dengan mengandalkan CDI standar perfroma motor ini turun sampai 20 persen dari kemampuan sebenarnya," terangnya.

Di Thailand, motor ini sebelumnya sudah dites dan tembus 6,8 detik. Dengan CDI standar, masih bisa tembus 7 detik koma kecil. "Dengan kondisi aspal yang seperti ini, 7,5 sampai 7,7 detik memang wajar," kilah mekanik yang pernah ngajak Aong dari redaksi MOTOR Plus sowan langsung ke bengkelnya.

Tentu, selain didukung mesin yang tangguh, seting motor ini juga sudah dibantu desain sasis dan suspensi yang sangat sip. Rangka titanium yang begitu ringan, membuat beban motor total jadi hanya sekitar 30 kg. Ditambah bobot Eko, sang joki yang memang tipis dan hanya 39 kg. Hambatan beban tentunya jadi lebih ringan.
DATA MODIFIKASI
Ban : Comet 60/70x17
Sok belakang : YSS
Knalpot : TDR
Gas spontan : TDR
Piston : TDR

Desember 06, 2013

Velg Jari Jari Untuk BAN Tubeless

Penggunaan ban tubeless biasanya hanya diaplikasikan pada velg palang atau castwheel karena konturnya yang padat dan tanpa celah. Sehingga memungkinkan menggunakan ban luar tanpa harus pengaplikasikan ban dalam lagi.
Jadi, jelas tidak mungkin jika velg jari-jari mengaplikasikan ban tubeless. Karena pada nipple jari-jari jelas menyisakan lubang yang mudah dilalui udara.
Nah, mungkin Anda sering bertanya-tanya karena saat ini banyak motor yang menggunakan velg jari-jari tapi ban yang digunakan adalah jenis tubeless. Khususnya motor-motor yang sisebut sebagai supermoto.
Kok bisa sih?Ok, yuk kita pelajari bagaimana rumah modifikasi mengaplikasikan ban tubeless pada velg jari-jari.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cuci seluruh bagian velg dengan carian sabun dan bilas dengan air bersih, agar sisi bagian dalam velg tidak ada debu, oli atau minyak yang menempel untuk menghindari lapisan penutup lubang yang digunakan mengelupas.
Setelah kering dan pastikan sudah bersih dari debu dan minyak, tetesi Loctite di seluruh sela nipple jari-jari hingga merata agar nipple menempel pada tapakan velg.
Usai melumuri seluruh nipple jari-jari dengan Loctite hingga kering, gunakan Sikaflex 221 untuk menutupi seluruh tapakan velg bagian dalam khususnya bagian nipple jari-jari agar tak ada celah atau lubang. Pastikan penggunaan Sikaflex 221 merata pada seluruh velg bagian dalam dan pusatkan pada bagian nipple jari-jari.Lantas diamkan velg yang telah dilumuri Sikaflex paling tidak selama 24 jam agar benar-benar kering. Bisa juga menggunakan pemanas agar lebih cepat kering. Namun lebih baik tunggu setelah 24 jam agar benar-benar kering dan melekat di velg.
Langkah terakhir, lapisi velg yang telah dilumuri Sikaflex dengan Silicone Glass Sealant atau yang biasa digunakan untuk mengelem kaca. Lakukan pelapisan Silicon glass secara bertahap setiap 10 cm dan terus dilakukan langkah yang sama hingga seluruh velg bagian dalam terlapisi Silicon Glass dan diamkan hingga kering paling tidak selama 2 hari.
Yang perlu diperhatikan saat pengaplikasian Sikaflex dan Silicon Glass adalah bagian ujung atau sisi velg yang dilapisi. Karena jika sedikit saja ada celah, sudah pasti velg tersebut tak bisa digunakan untuk ban tubeless.Penggunaan Sikasflex untuk velg berukuran 3.5 – 5 inch bisa menghabiskan 2 – 5 tabung Sikaflex 221. Begitu juga dengan penggunaan Silicon Glass Sealant.
Jika pembuatan velg tubeless jari-jari di bengkel, paling tidak konsumen harus merogoh kocek hingga Rp 450 ribu. Tapi semua tergantung ukuran velg yang digunakan, makin besar dan lebar velg nya, makin mahal pula biaya yang dikeluarkan.
Selamat mencoba.
Catatan : Foto yang tertera masih dalam tahap penggunaan Sikaflex 221 dan belum menggunakan Silicon Glass Sealant.